Kiprah Guru dan PGRI Gorontalo

oleh -33 Dilihat

Afirmasi.news. GORONTALO – Refleksi Menyambut Hari Guru Nasional (HGN) dan HUT PGRI, Sekilas Kiprah Guru dan PGRI Gorontalo, Oleh : Prof. Fory Armin Naway, Ketua PGRI Kabupaten Gorontalo:

Bagian Pertama

Selain identik dengan nunasa patriotisme dan kepahlawanan, bulan November juga sangat identik dengan Guru. Jika hari Pahlawan diperingati setiap tanggal 10 November, maka hari Guru Nasional dan HUT PGRI diperingati tanggal 25 November. Antara Hari Pahlawan, Hari Guru Nasional dan HUT PGRI memiliki korelasi kesejarahan dan peran kebangsaan yang sama-sama tercetus pada tahun 1945 atau 3 bulan setelah peristiwa Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.

Jadi antara Hari Pahlawan dan PGRI merupakan satu rangkaian sejarah tentang patriotisme, jiwa kepahlawanan dan nasionalisme Guru dalam mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Jika hari Pahlawan 10 November mengisahkan tentang semangat arek-arek Suroboyo mengusir tentara sekutu yang masih bercokol di Kota Surabaya sebagai musuh Indonesia kala itu, maka tanggal 25 November 1945 bangkit“arek-arek Guru” yang hendak mengusir musuh bernama kebodohan di bumi Indonesia.

Dalam sejarahnya, organisasi PGRI diawali dengan bwerdirinya Persatuan Guru Hindia Belanda (PGHB) tahun 1912. Pada tahun 1932, PGHB berubah nama menjadi Persatuan Guru Indonesia (PGI).Terbentuknya PGI kala itu sangat ditentang oleh Belanda karena menghilangkan kata Hindia Belanda dan menggantikannya dengan kata “Indonesia” di dalamnya. Tidak heran, jika organisasi ini ditentang oleh Belanda, termasuk pergerakan guru yang selalu diawasi dan dimata-matai oleh Belanda.

Setelah kedatangan penjajah Jepang ke Indonesia, organisasi PGI dibekukan dan dilarang beraktivitas, termasuk guru Indonesia dilarang melakukan kegiatan belajar-mengajar di sekolah-sekolah. Namun 100 hari setelah Proklamasi Kemerdekaan RI 17 Agustus 1945, Guru Indonesia yang tergabung dalam PGI bangkit dan untuk pertama kalinya berkumpul dalam sebuah kongres Guru Indonesia pada 23-25 November di Surakarta

Pada kongres pertama inilah, tercetus organisasi Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) yang diharapkan menjadi wadah pemersatu segenap elemen Guru di Indonesia. Berkat perjuangan,peran dan andil organisasi PGRI yang demikian besar bagi bangsa Indonesia tersebut, maka pada HUT PGRI ke-49 tahun 1994, Presiden Soeharto menetapkan tanggal 25 November sebagai Hari Guru Nasional (HGN) melalui Keputusan Presiden (Kepres) Nomor 78 Tahun 1994

Bagaimana dengan PGRI Gorontalo?. Menurut tokoh Guru Gorontalo 3 zaman, Dra. Hj. Z. Mentemas Jusuf (2012) untuk pertama kalinya, Guru Gorontalo ikut dalam Kongres PGRI di Solo Jawa Tengah pada tahun 1950. Kala itu, Guru Gorontalo mengutus 2 orang wakilnya. Menurut informasi 2 orang Guru itu adalah ayah kandung dari mantan Sekda Provinsi Gorontalo Drs. H. Mansur Detuage dan ibu kandung dari mantan Bupati Boalemo Ir. H. Iwan Bokings, MM. Sepulangnya dari Solo kedua tokoh Guru ini mulai merintis berdirinya PGRI di Gorontalo. Namun, sayangnya tidak ada catatan yang bisa dijadikan referensi tentang kepengurusan PGRI di era Orde Lama.

Pada masa era Orde Baru, PGRI Gorontalo memainkan peran yang cukup strategis. Bahkan beberapa nama tokoh Guru dan PGRI Gorontalo kala itu, memiliki kontirbusi nyata terhadap dinamika pemerintahan di Kota Gorontalo dan Kabupaten Gorontalo yang saat itu masih masuk sebagai wilayah Provinsi Sulawesi Utara. Diantara tokoh Guru yang dikenal sangat berjasa bagi Gorontalo adalah H. Jusuf Halalutu, seorang Guru Sekolah Rakyat yang pernah mengenyam pendidikan di Sekolah Guru Bantu (SGB) di Ujung Pandang atau Makassar sekarang. Semasa hidupnya Yusuf Halalutu pernah menjadi Guru SR Limboto, Guru SMP di Tilamuta dan terakhir menjadi Guru di SGB Gorontalo, SPG Negeri 1 dan SPG Negeri II Gorontalo.

Menurut penuturan Ibu Z. Mentemas Jusuf, sosok Guru Yusuf Halalutu pernah menjadi Ketua DPRD-GR Kota Gorontalo tahun 1961-1971 dan termasuk salah seorang tokoh pendiri Junior College yang menjadi cikal bakal Universitas Negeri Gorontalo (UNG) sekarang. Yusuf Halalutu juga pernah menjadi Ketua PGRI Kota Gorontalo yang pernah merintis berdirinya STM Gorontalo (sekarang SMK Negeri 3 Gorontalo), SMEA Negeri Gorontalo sekarang SMK Negeri 1 Kota Gorontalo, juga pernah merinits berdirinya Sekolah Menengah Ekonomi Pertama (SMEP) Gorontalo, Sekolah Guru Olahraga (SGO) Gorontalo dan di era tahun 1988-1989 Yusuf Halalutu merintis berdirinya SMEA Limboto sekarang SMK Negeri 1 Limboto sekaligus menjadi Kepala Sekolah pertama.

Lebih dari itu, Yusuf Halalutu adalah sosok guru yang pada era tahun 1960-an atau semasa menjabat Ketua DPRD-GR Kotamadya Goorontalo, pernah memperjuangkan berdirinya Provinsi Gorontalo berpisah dari Sulawesi Utara. Namun upayanya tersebut gagal karena minimnya dukungan SDM Gorontalo kala itu

Sebelum wafat tahun 2008 dalam usia 85 tahun, Yusuf Halalutu masih sempat menyaksikan berdirinya Provinsi Gorontalo sekaligus berdirinya PGRI Provinsi Gorontalo. Pada sebuah acara PGRI, Yusuf Halalutu pernah menyampaikan rasa syukur dan bangganya, bahwa salah seorang tokoh dibalik pembentukan Provinsi Gorontalo yang meneruskan perjuangannya membentuk Provinsi Gorontalo sekitar 40 tahun lebih yang tertunda, adalah juga deretan guru, diantaranya Nelson Pomalingo, H. Natsir Mooduto dan banyak tokoh-tokoh guru dan akademisi dari STKIP Gorontalo yang terlibat di dalamanya.

Selain Yusuf Halalutu, tokoh Guru Gorontalo lainnya yang pernah memainkan peran penting di Gorontalo adalah H. Natsir A. Mooduto yang pernah menjadi Sekda Kab. Gorontalo, pernah menjabat Ketua DPRD Kab. Gorontalo dan termasuk salah seorang tokoh pembentukan Provinsi Gorontalo. Tokoh Guru lainnya di era tahun 1970-an hingga era 1980-an, diantaranya H.Dj. Rahman, Pieter Dj. Rahman yang pernah menjadi Kepala Dinas P dan K Kab. Gorontalo, mantan Walikota Gorontalo Achmad Nadjamudin, Edi Bakari yang juga pernah menjadi Kepala Dinas P dan K Kab. Gorontalo. Keseluruhan tokoh Guru Gorontalo tersebut, adalah para pendiri dan perintis PGRI di Gorontalo pada era orde baru yang memiliki jasa besar bagi sejarah perjalanan pendidikan di Gorontalo.

Setelah terbentuknya Provinsi Gorontalo pada Desember 2000, Pengurus PGRI Kab. Gorontalo diantaranya Drs. Weni Liputo,MM, Pengurus PGRI Kota Gorontalo diantaranya Arifin Wungguli yang juga mantan Kakanwil P dan K Provinsi Sulut, kemudian Dra. Z. Mentemas Jusuf, Pengurus PGRI Boalemo, diantaranya Yunus K Alam (almarhum) dan tokoh guru lainnya mendiang Yusuf Halalutu, semenjak tahun 2001 sudah mulai menggalang semangat untuk membentuk berdirinya organisasi PGRI Provinsi Gorontalo. BERSAMBUNG

Sumber : Humas Pemkab Gorontalo

Editor : Redaksi 1

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *